Manajemen RQ dituntut untuk terus berupaya menjadi lebih baik melalui sistem, metode, atau “best practice” pengelolaan organisasi kekinian. Salah satu yang cukup menyita perhatian manajemen saat ini adalah
hasil knowledge sharing salah seorang aktivis dakwah yang memaparkan tentang
best practice bisnis bertajuk “business canvas model”.
Digagas oleh Alexander Osterwalder, pakar bisnis internasional tahun 2010 lalu, business
canvass model mentransformasikan 9 lini bisnis penting untuk dapat meraih hasil
yang optimal dari tujuan bisnis itu sendiri. Dari ke-9 lini ini, cukup 4 saja yang akan dibeberkan pada
artikel ini, yang oleh manajemen RQ STAN saat ini sedang dipelajari demi
meraih hasil yang variatif, menyeluruh, dan optimal dalam pengelolaan RQ STAN. Berikut ke-4 dari 9 lini business canvass model:
- Customer Segment
Menentukan siapa customer kita seharusnya dimulai dari awal. Untuk siapa RQ STAN dibuat? Walau secara tersurat dapat ditebak untuk mahasiswa/i PKN STAN, seharusnya peruntukannya dapat disegmen ulang; siapa-siapa detail dari mahasiswa STAN dimaksud. Dari posisi “sadar akan segmentasi customer” ini,
manajemen kemudian membagi ulang batas-batas siapa mahasiswa PKN STAN "target customer” RQ STAN:
- Mahasiswa/i yang rela selama setahun tinggal dan fokus di RQ,
- Mahasiswa/i yang rela selama setahun bersama RQ tapi tidak mau tinggal di RQ,
- Mahasiswa/i tidak mampu yang bersedia selama setahun tinggal dan fokus di RQ,
- Mahasiswa/i yang rela hanya sebulan di RQ untuk belajar tahsin 1 atau 2 saja,
- Mahasiswa/i yang ingin belajar tahsin Quran tapi biasa-biasa saja (tidak masuk RQ),
- Mahasiswa/i yang ingin menghafal Quran tapi biasa-biasa saja (tidak masuk RQ),
- Ditambah 1 kualifikasi bila ada kuota kosong, yakni non-mahasiswa/i PKN STAN yang bersedia takhasus di RQ (pencapaian harus melebihi mahasiswa/i santri RQ)
Dari ke-7 hasil "perenungan customer” di atas, ternyata tampak bahwa ada mahasiswa yang ingin dishibghah RQ secara optimal, namun ada juga yang ingin sekedar menghafal/belajar tanpa masuk RQ. Lalu, bagaimana RQ bisa memfasilitasi ke-7 karakter mahasiswa yang telah tersegmenkan tersebut? Tentu bukan dari RQ STAN saja, bisa jadi ke-7 segmen tersebut hasil celupan dari RQ bekerjasama dengan lembaga dakwah lainnya. Inilah indahnya sinergi dalam dakwah :)
- Value Propositions
Nilai apa yang bisa disemai oleh RQ STAN? Hm... Hal ini perlu direncanakan (diproposisikan) secara matang. Poin ke-2 bisnis model ini sekaligus menjawab pertanyaan poin ke-1 di atas? Bagaimana RQ memfasilitasi ke-7 segmen mahasiswa STAN. Berikut penyandingan atas segmentasi customer dengan nilai yang dapat disolusikan oleh Rumah Quran STAN:
- Santri tetap RQ; bergabung dengan RQ
- Santri PP RQ; bergabung dengan RQ
- Santri beasiswa RQ (disamarkan ke poin 1 agar nyaman bergabung bersama RQ)
- Santri tahsin camp RQ (program instan RQ bersifat bulanan)
- Santri FHQ MBM (tidak perlu bergabung dengan RQ)
- Peserta mabit MBM dan peserta tahfidz camp insidental untuk mahasiswa non-RQ STAN (tidak perlu bergabung dengan RQ)
- Santri takhasus (bergabung dengan RQ – cadangan bila masih ada kuota dan bersedia dikhususkan).
- Channels
Setelah segmentasi customer mampu
dijawab dengan nilai yang disajikan oleh RQ (maupun kerjasama dengan lembaga dakwah lain), maka PR berikutnya adalah
mengomunikasikannya ke dalam media-media yang dimiliki RQ. Walaupun sejatinya,
media ini tak hanya menjembatani antara RQ dengan customer, melainkan juga
kepada para donatur yang tiap bulannya memiliki peran besar terhadap
keberlangsungan RQ. Inilah media mainstream yang sudah dimiliki RQ:
- Weblog: rumahquranstan.com
- Akun fb: rumah quran stan
- PIC donasi/AR donasi (khusus jembatan ke donatur)
- Instagram: stanruqun
- Customer Relationships
GFF adalah bukti konkret perlunya Garuda Indonesia untuk memanjakan customer. Tak beda dengan kartu member Alfamart, mirip
juga dengan pembentukan komunitas jantung sehat oleh perusahaan makanan sehat
berisiko penyakit jantung. Lalu, bagaimana dengan RQ?
Hm… Tentu saja, tak cukup hanya bermodalkan
identifikasi customer, variasi nilai, dan channel meluas. RQ juga perlu mendekatkan diri ke customer, agar ada keterikatan kuat. Secara teori ada beberapa cara menguatkan hubungan seperti ini:
- asistansi personal/saran keluhan terbuka, bisa dicontohkan dengan tahsin clinic untuk mahasiswa STAN non-santri RQ yang pernah dilakukan oleh Lembaga Dakwah Kampus Masjid Baitul Maal;
- asistansi dengan dedikasi khusus, seperti mendiklatkan santri RQ berprestasi (Alhamdulillah sudah dilaksanakan dengan mengirimkan delegasi pilihan untuk tahfidz camp yang diselenggarakan lembaga tahsin Quran lain);
- Self-service; Contoh di dunia nyata berupa mesin ATM yang dimiliki bank tertentu. Selain memanjakan customer, mesin ATM ini bebas biaya penarikan. Kalau untuk dunia RQ, lebih pasnya: self-service tahfidz/murajaah camp, menggelar waktu untuk fokus terhadap Quran (self-service with Quran).
- Layanan-otomatis; mirip dengan poin 3, namun belum dapat diidekan di RQ.
- Komunitas; inilah basis utama-nya ODOJ hingga mengindonesia. Membentuk komunitasi pecinta baca-Quran. Rencananya RQ STAN akan mendukung kegiatan ini, walaupun dimotori oleh Lembaga Dakwah Kampus Masjid Baitul Maal. Selain itu, versi komunitas juga dapat digalang melalui Forum Halaqah Quran (mirip blended learning; antara bertalaqqi dengan ustadz di satu kesempatan dan mentilawahi Quran sesuai target harian). Mabit juga bisa dibentuk dari komunitas; dengan catatan mabit yang mengandung nutrisi Qurani, contohnya; semalam menghafal Al-Kahfi; atau contoh lainnya.
- Co-creation; lebih kepada bagaimana manajemen bersanding dgn santri/customer untuk mengeksekusi suatu hal. Contoh yang satu ini lebih pas dengan pemberdayaan santri utk dakwah Quran, yakni menjadikan mereka para pengajar Quran forum halaqah Quran.
Naah! Di sinilah, letak
"substance over form" penting dalam mengeksekusi dakwah Quran.
Karena dakwah butuh sinergi, siapapun penggeraknya, kita layak mendukungnya. Menjalankan fungsi pembimbingan, menjadi pendorong tanpa campur tangan langsung.
***
***
Beberapa strategi dari masing-masing lini
boleh jadi strategi klasik, termasuk FHQ dan mabit. Poin utamanya lebih kepada
sesuatu yang baru dalam dakwah Quran di kampus PKN STAN, yaitu apa yang sudah “tercetak tebal” di atas, hm… coba
kita catat kembali:
- Mahasiswa/i tidak mampu yang bersedia selama setahun tinggal dan fokus di RQ: Santri beasiswa RQ
- Mahasiswa/i yang rela hanya sebulan di RQ untuk belajar tahsin 1 atau 2 saja: Santri tahsin camp RQ
- Mahasiswa/i
yang ingin menghafal Quran tapi biasa-biasa saja (tidak masuk RQ):
Peserta mabit MBM nutrisi Qurani dan peserta tahfidz camp insidental untuk mahasiswa non-RQ STAN (tidak perlu bergabung dengan RQ) - Instagram: stanruqun
- Self-service tahfidz/murajaah camp, menggelar waktu untuk fokus terhadap Quran (self-service with Quran).
Tercatat 5 yang akan menjadi agenda baru RQ. Selebihnya yang tidak dicetak tebal di atas, sudah menjadi agenda sebelumnya, terutama banyak yang sudah dieksekusi lembaga dakwah kampus Masjid Baitul Maal (yang agendanya sesuai dengan visi-misi RQ).
Hm… Semoga Allah memberikan kita semua keistiqomahan; yang bergerak, yang digerakkan, yang ingin senantiasa tergolong dalam jajaran keluarga Allah. Dan semoga kita
adalah insan yang terus belajar untuk menjadi lebih baik, dalam mempraktekkan best practice pengorganisasian dakwah Quran.
Allahummarhamnaa bil Qur'aan.
Posting Komentar