Dalam sesi terakhir tahfidz camp,
tertanggal 31 Januari 2017, santri RQ masih berjibaku dengan mushaf
masing-masing. Sesi talaqqi ditutup sudah, tepat ketika ustadz Masturi hadir
bersiap menyampaikan paparan motivatif, mengakhiri rangkaian kegiatan.
Alhamdulillah, Allah ekstra memberikan
kemudahan. Selasa pagi yang sedianya kegiatan TPA digelar hingga pkl 09.30,
entah mengapa tak ada gaungnya. Barangkali inilah inisiatif pengelola masjid
yang tanpa diduga menutup sejenak kegiatannya demi tahfidz camp santri Rumah
Quran STAN. MasyaAllah, semoga TPA Ar-Ridho selalu Allah mudahkan dan lancarkan
dalam menghasilkan generasi Qurani yang shalih shalihah.
Ustadz Masturi pun menyampaikan kajiannya
yang begitu mengena, bertemakan Istimewanya para Ahlul Quran…
Berawal dari penjelasan siapa itu ahlul
Quran yang slalu bersama Quran; yakni sesibuk-sibuknya mereka yang mengimani,
membaca, menghafal, mempelajari, hingga mempraktekkan isi Quran. Begitu banyak
kelebihan yang didapatkan sebagai ahlul Quran, di antaranya:
- Tidak akan terjerumus maksiat
Seseorang yang slalu
bersama Quran, maka atas izin Allah, dijauhkan mereka dari maksiat. Karena
Quran sebagai energi kebaikan seseorang, Quran sebagai katalis yang memperkokoh
keimanan sekaligus amaliyah seseorang. Otomatis pendekat Quran akan jauh dari maksiat,
karena kesibukannya diperuntukkan untuk membersamai Quran dan kebaikan-kebaikan
yang diakibatkannya.
- Otak akan slalu berpikir dan berdzikir
Bersama Quran, seseorang
akan berusaha terus menghafal, juga mengulang-ulang hafalan. Di saat itulah,
otak seperti tak berhenti bekerja. Apalagi untuk mempelajari demi mempraktekkan
isi Quran. Pasti ia takkan lolos dari kesibukan memikirkan isi ayat dan
mendzikirkannya sebagai ibadah asupan gizi ruhani. Selain aman dari maksiat, ia
akan slalu dibersamai kebaikan.
- Keberanian hati dari Allah karena Quran
Bila kita masih ingat
peristiwa ustad Nurul Fahmi didatangi 23 polisi lantaran persoalan bendera
merah putih dan syahadat, maka kita akan belajar dari beliau tentang ketenangan
dan keberanian. Ke-23 polisi bingung bukan kepalang, ini orang kok santai
banget… Jawabnya adalah karena ada Quran di hati sang ustad. Tak ada yang
pantas dikhawatirkan.
Begitu pula peristiwa perang
Nabi Muhammad Saw tak luput dari keberanian para pahlawan dalam menegakkan
kalimat Allah, tentu energinya berasal dari kedekatan dengan Quran. Salim Maula
bin Hudzaifah pernah berkata, “Kalau pasukan Islam jatuh karena pasukan saya
yang hafal Quran, maka saya adalah sejelek-jeleknya manusia.”
- Meninggalnya ahlul Quran adalah musibah sebenarnya umat ini
Tatkala perang demi perang
dilalui Rasulullah Saw dan para sahabat, korban demi korban perang berjatuhan.
Rasulullah Saw sebagaimana biasa; berduka, menshalatkan, hingga mendoakan para
sahabat yang wafat. Namun, lain halnya ketika Rasulullah kirimkan 70 sahabat penghafal
Quran, yang kemudian dibunuhi semuanya (riwayat lain menyatakan ada korban
selamat) pada peristiwa Bi’r Ma’unah, kecuali Rasulullah Saw kemudian murka
hingga disyariatkannya qunut nazilah dalam shalat fardhu yang 5 waktu selama 30
hari berturut-turut.
MasyaAllah, betapa berharganya penghafal Quran, sampai
demikian berdukanya Rasulullah Saw. Dalam qunut nazilah, Rasulullah Saw
mendoakan kehancuran bagi suku-suku yang melakukan makar hingga terbunuhnya 70
sahabat penghafal Quran tersebut.
Pada masa kekhalifahan Abu
Bakar, para penghafal Quran juga makin berkurang. Umar bin Khatab melihat
risiko besar, yang kemudian mengusulkan agar Quran ditulis dalam mushaf.
Istimewanya Ahlul Quran bukan hanya soal
ayat yang disimpan dalam hati, melainkan lebih karena Quran adalah ilmu yang
berkahnya tak pernah lekang oleh jarak dan waktu. Bila seseorang menyanyikan
lagu anak-anak, lagu remaja, hingga lagu masa tua, semuanya hanya cocok di
zaman dinyanyikannya lagu itu saja. Namun, berbeda dengan Quran. Dilagukan di
masa anak-anak, kaum muslim memberikan apresiasi dan menghargai orangtua si
anak. Dilagukan di masa remaja, kaum muslim bangga dengan keshalihannnya.
Dilagukan di masa tua, Quran tetap saja pantas, tak mengurangi ketidakpantasan
seseorang melantunkan Quran. Ilmu Quran tak pernah expired, terpakai terus
sepanjang usia, berkah lintas generasi, menjadi pahala bagi siapapun
pelantunnya.
Saat ini, umat Islam menunggu-nunggu
ahli-ahli Quran, karena di tangan merekalah pondasi kuat untuk kesatuan Islam terpijak. Bila kita melihat umat Islam memiliki lahan berupa lapangan luas
untuk mengeksplorasi potensinya di dunia ini, maka ahli-ahli Quran adalah
gawang sekaligus batas-batas permainan umat Islam. Ahli-ahli Quran adalah mereka
yang paham dimana Islam ini diletakkan dan targetnya untuk dimenangkan. Kita
harus slalu merasa bahwa kehadiran ahlul Quran diperlukan di dalam ranah perjuangan umat ini.
Memahami keistimewaan ahlul Quran
sesederhana memahami betapa ahlul Quran adalah bagian umat Islam yang
banyak-banyak menghafal Quran, sehingga mereka banyak-banyak lupa akan hafalan
mereka. Namun, itu menjadikan mereka justru makin banyak
mengulang-mengulang-dan-mengulang (makin berkah waktu mereka karena
berinteraksi terus dengan Quran), dari situlah makin belepotan mereka dengan
pahala yang besar dari Allah. Masya-Allah, beginilah sederhananya keistimewaan
ahlul Quran :)
Sebagai penutup, berikut hadits yang semoga
memotivasi kita untuk menjadi ahlul Quran (berikut keistimewaannya):
“Akan dikatakan kepada Ahli Qur’an pada
hari kiamat: “Bacalah, naiklah (ke atas surga) dan bacalah dengan tartil
sebagaimana kami dulu pernah membacanya di dunia. Karena sesungguhnya
kedudukanmu di surga terdapat pada akhir ayat yang kamu baca.”
Allahummarhamnaa bil Qur'aan
Posting Komentar