28 September 2014 – Alhamdulillah, setelah
penantian panjang liburan kampus STAN yang lebih dari sebulan, bertempat di
lantai 2 masjid An Nur, diselenggarakanlah GRAND OPENING RUMAH QURAN STAN
angkatan IV. Acara yang telah dirancang sejak lama itu pun sukses dengan
kehadiran santri ikhwan maupun akhwat nyaris lengkap.
Pada agenda tersebut, Ustad Sunarso hadir
menyampaikan tausiyahnya. Sosok yang familiar ini merupakan alumni STAN yang
sukses menjadi hafidz, yang kini menjadi imam masjid Baitul Maal STAN.Mengambil
tema “Mulia Bersama Al Quran” beliau menceritakan poin positif adanya Rumah
Quran di STAN. Bayangkan saat beliau
kuliah, tak ada lembaga Quran di sekitar Jurang Mangu. Beliau sampai harus pulang
pergi ke daerah Bangka (Jakarta Selatan) untuk menyetorkan hafalan. Dengan
adanya Rumah Quran STAN, sebetulnya tak ada alasan untuk tidak menambah
hafalan.
Poin motivasi yang Ustad Sunarso ungkapkan
di antaranya:
- Penghafal Quran mendapatkan syafaat dari Al Quran. Sebaliknya, Al Quran bisa menghinakan kaum yang tidak menjadikan Al Quran sebagai pedoman. Melanjuti hadits tentang penginfak, qari’, dan mujahid yang masuk neraka karena melakukan amal kebaikan bukan dilandasi keikhlasan, melainkan ingin disebut-sebut orang-orang. “Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya.” (HR. Muslim).
- Penghafal Quran dapat membalas amal kebaikan bapak-ibunya di akhirat kelak, yakni melalui Sabda Rasulullah Saw: “Barangsiapa yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya akan diberikan kepada orang tuanya pada hari kiamat mahkota yang cahanya lebih indah daripada cahaya matahari. Kedua orang tua itu akan berkata, ‘Mengapa kami diberi ini?’ Maka dijawab, ‘Karena anakmu yang telah mempelajari Al-Qur’an’ “ (HR Abu Dawud, Ahmad dan Hakim)
- Diperbolehkannya iri (lebih kepada ghibtah) terhadap para penghafal Quran, yakni melalui hadits: “Tidak boleh iri kecuali dalam dua kenikmatan: seseorang yang diberi Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang.” (Muttafaqun ‘alaih).
- Penghafal Quran adalah orang-orang yang tidak pernah rugi. Karena dalam kondisi apapun, mereka bisa memurajaah hafalannya. Seperti saat menunggu, melakukan hal-hal yang sifatnya tidak terlalu banyak membutuhkan focus. Karena merekalah yang paling dekat interaksinya dengan Al Quran, paling banyak membaca Quran.
Sembari diselingi beberapa pertanyaan,
Ustad Narso menegaskan pertolongan Allah yang akan turun bila kita dekat dengan
Quran. “Rajin menghafal Quran berbanding lurus dengan prestasi akademik (IP)”,
tutur ustad Narso berpendapat. Terkait waktu terefektif dalam menghafal, beliau
tidak menyarankan untuk memaksimalkan satu waktu. Setiap orang memiliki
keunikan dan waktuefektif sendiri-sendiri. “Silakan untuk berkreasi dengan
memenej waktu yang dimiliki”, tutur Ustad Narso.
Belum selesai taujih, agenda dilanjutkan
dengan tips dari alumni santri takhashush Rumah Quran STAN angkatan sebelumnya,
yaitu Azzam Muflikhun (21 tahun). Masih berkuliah di LIPIA, beliau menamatkan
hafalan 30 juz pada usia 20 tahun. Dari sekian banyak tips yang beliau
tuturkan, satu yang beliau tekankan adalah keikhlasan. Jangan sampai kita niat
menghafal karena patuh kepada peraturan, takut pada hukuman. Jangan sampai kita
niat menghafal demi mencapai target hafalan semata. Niatkan karena Allah,
niatkan karena kemuliaan dan banyak pertolongan yang Allah janjikan bila kita sanggup
menghafalkan Quran.
Agenda tausiyah nyaris selesai pukul 10.00
sebelum akhirnya diisi oleh personel manajemen dalam memperkenalkan diri, dalam
menjelaskan kegiatan-kegiatan yang direncanakan setahun ke depan.
Posting Komentar